Senin, 06 Agustus 2018

Putin VS Trump

HELSHINKI — Petualangan Presiden Amerika Serikat Donald Trump selama sepekan di Eropa berujung kemarahan dan kebingungan negaranegara sekutu Amerika, serta senyum sumringah Presiden Rusia Vladimir Putin. Perjalanan Trump ke Belgia, Inggris, dan Finlandia ditandai dengan ancamannya terhadap negara-negara NATO. Ini sangat kontras dengan pujian-pujiannya terhadap Rusia, meskipun badan-badan intelijen AS menyimpulkan bahwa Moskow ikut campur dalam pemilu presiden AS 2016 untuk membantu pencalonannya. Bahkan, untuk kepresidenan dramatis ala Trump, lawatan kali ini merupakan perjalanan luar negeri yang paling dikritik selama 18 bulan kepemimpinannya. Satusatunya bagian yang dianggap berhasil hanyalah jamuan minum teh di Windsor Castle bersama Ratu Elizabeth, meskipun ia membiarkan ratu sepuh itu menunggu selama 12 menit, dan berjalan tanpa menunggu Ratu yang telah berusia 92 tahun itu. Di Brussels, Trump menyebabkan kebingungan dan kekacauan dengan menuduh para sekutu NATO tidak menyumbang cukup uang untuk pertahanan mereka sendiri. Lalu memuji mereka atas kontribusi tersebut. Dia tiba 45 menit terlambat pada hari kedua pertemuan dan membajak agenda pertemuan. Dalam penghinaan yang ditujukkan kepada Kanselir Angela Merkel, Trump menyebut Jerman menjadi “tawanan” Moskow karena membangun jalur pipa gas Nord Stream 2 dari Rusia. Beberapa jam kemudian, dia mengatakan memiliki hubungan baik dengan Merkel. Di Inggris, Trump menguji Perdana Menteri Theresa May dalam pekan kritis pemerintahannya. Ia mengatakan kepada surat kabar The Sun bahwa salah satu lawan politik May yang baru saja mengundurkan diri—Boris Johnson— akan menjadi perdana menteri yang hebat. Wawancara itu dirilis tepat setelah May meluncurkan karpet merah untuk jamuan malam Trump.



Jeremy Shapiro, mantan diplomat Amerika yang sekarang bekerja dengan Dewan Eropa untuk hubungan luar negeri, mengatakan sekutu Eropa lega bahwa Trump tidak mengumumkan pembatalan latihan militer, seperti yang dilakukannya setelah pertemuan pada Mei dengan Kim Jong-un, atau membuat konsesi dramatis lainnya. Tapi Shapiro berkata, “Para sekutu mencatat bahwa presiden AS ini jauh lebih tertarik pada politik domestik daripada geopolitik atau apa pun yang berkaitan dengan Eropa.” Puncak perseteruannya dengan Uni Eropa terjadi pada malam menjelang pertemuan dengan Putin. Trump menambahkan penghinaan dengan menyebut Uni Eropa sebagai “musuh” atas kebijakan perdagangan mereka dalam wawancara CBS yang ditayangkan Ahad lalu. Bahasa itu sangat kontras dengan adegan di istana kepresidenan Finlandia pada Senin lalu, ketika Trump memanggil pemimpin Rusia sebagai “pesaing yang baik”. Ketika Air Force One membawa Trump kembali ke Washington, dia mendapat kecaman keras dari kedua partai berkuasa, Republik dan Demokrat. “Setelah penghinaan Presiden Trump terhadap teman-teman dan sekutu terdekat AS di Brussels dan Inggris, konferensi pers hari ini (dengan Putin) menandai titik terendah dalam sejarah kepresidenan Amerika,” kata Senator Republik John McCain dalam sebuah pernyataan. Pemenang dalam lawatan kali ini jelas adalah Putin. Mantan petinggi KGB ini muncul terlambat hingga satu jam, mengadakan pembicaraan satu-satu dengan Trump selama lebih dari dua jam, dan terkekeh ketika seorang wartawan bertanya apakah Rusia sengaja merilis video yang menunjukkan Trump mengunjungi pelacur saat berada di Moskow pada 2013 untuk kontes Miss Universe. K e m e n a n g a n n y a bertambah manis dengan pernyataan Trump kepada para wartawan bahwa sebelum dia bertemu Putin di Aula Cermin Istana kepresidenan Finlandia, hubungan antara Moskow dan Washington “tidak pernah lebih buruk.” “Itu berubah sekitar empat jam yang lalu,” kata Trump. “Saya benar-benar percaya itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar