Jumat, 10 Agustus 2018

Bank Genjot Dana Murah untuk Jaga NIM

[JAKARTA] Sejumlah bank menggenjot komposisi dana murah (current account saving account/CASA) terhadap total dana pihak ketiga (DPK), sebagai startegis untuk menjaga biaya dana (cost of fund) agar tetap terkendali dan mempertahankan net interest margin (NIM). Langkah tersebut bertujuan pula agar suku bunga kredit bisa ditekan, di tengah tren kenaikan suku bunga. Beberapa upaya yang dilakukan adalah dengan meningkatkan layanan payroll, memperbaiki cash management, menempuh cross selling, dan lebih kreatif dalam mengembangkan produk tabungan. Demikian rangkuman wawancara dengan Direktur Konsumer PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan, Direktur Konsumer PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) Handayani, Direktur Utama PT Bank Mayapada Internasional Tbk Hariyono Tjahjarijadi, Direktur PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) Budi Satria, dan Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (BRI Agro) Agus Noorsanto di Jakarta, pekan ini. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), kinerja kredit perbankan terus melaju positif pada Juni 2018 yang membukukan pertumbuhan dua digit 10,5% secara year on year (yoy).




Outstanding kredit mencapai Rp 4.992,3 triliun yang didominasi kredit korporasi dengan pangsa pasar 49,8% dan pertumbuhannya mencapai 12,1%. Sementara itu, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp 5.128 triliun atau tumbuh 6,3% (yoy). Data BI juga mencatat, dari total DPK tersebut, dana di giro mencapai Rp 1.202 triliun meningkat 7,70% dibandingkan Juni 2017 yang sebesar Rp 1.116 triliun. Simpanan tabungan mencapai Rp 1.736 triliun atau tumbuh 10,75% dibandingkan Juni tahun lalu Rp 1.570 triliun. Sementara itu, simpanan berjangka (deposito) mencapai Rp 2.279 triliun, hanya tumbuh 2,51% dibandingkan Juni 2017 yang sebesar Rp 2.223 triliun Lebih Rendah Di sisi lain, data terakhir Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan rasio permodalan (capital adequacy ratio/CAR) perbankan per Mei di posisi 22,19%, lebih rendah dari Mei 2017 yakni 22,86%. Untuk rasio profitabilitas (return on asset/ ROA) berada di level 2,38% atau lebih rendah dari posisi tahun lalu 2,46%. Lani Darmawan menjelaskan, hingga semester pertama tahun ini rasio dana murah perseroan berada di atas 56% dari total DPK. Menurut dia, komposisi tersebut sudah sesuai dengan target yang ditetapkan perseroan tahun ini. “Kami harapkan ini dapat dipertahankan sampai akhir tahun ini. Untuk DPK, kami fokus ke CASA atau dana murah yang terbukti menurunkan cost of fund dalam dua tahun terakhir,” jelas Lani. Berpendapat senada, Hariyono Tjahjarijadi mengungkapkan, pihaknya akan meningkatkan komposisi dana murah perseroan sampai akhir tahun ini di posisi 29% terhadap total DPK. Hingga saat ini, rasio dana murah perseroan sekitar 22-23% dari DPK. “Untuk cost of fund, kami so far masih terkendali. Bank harus bisa mempunyai produk CASA yang dikaitkan dengan e-channel,” kata Hariyono. Direktur Konsumer BRI Handayani juga menyebutkan, pihaknya akan meningkatkan porsi CASA terhadap total DPK yang dihimpun. Untuk meningkatkan dana murah, perseroan melakukan berbagai program seperti meningkatkan payroll lewat kerja sama dengan lembaga dan korporasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar