Memiliki ambisi hampir sama dengan memiliki mimpi. Bisa menjadi pemacu bekerja dan menjadi lebih baik. Sebaliknya, ambisi hanya jadi keinginan keras, jika tidak disertai usaha apa-apa. Padahal, ambisi bisa menjadi ’amunisi’ sukses yang sehat.
Ibarat dua sisi mata uangSikap berani dan ketegasan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti membuatnya menjadi role model bagi wanita karier. Sayangnya, dalam kultur masyarakat Timur, ambisi berkonotasi negatif, yaitu sifat egoistis, agresif, terlalu percaya diri, atau tinggi hati. Pada wanita karier, stigma ini jauh lebih terasa. Hillary Clinton menjadi contoh sempurna bagaimana masyarakat di negara besar seperti Amerika Serikat sekalipun masih memiliki pandangan negatif terhadap wanita yang memiliki ambisi tinggi dalam berkarier.
”Kita hidup pada masa yang ambivalen, di mana sebagian orang menganggap wanita ambisius itu seperti kurang pantas karena tidak mencerminkan sifat feminin. Namun, di sisi lain banyak sekali tokoh hebat yang dipuja-puja justru bukan sekadar memperlihatkan aspek ambisius, tapi juga sikap yang sangat maskulin,” ujar Elvi Fianita, S.Psi., psikolog karier. Menurut Elvi, pada umumnya wanita takut memperlihatkan sifat ambisiusnya lebih karena takut akan mendapat penolakan sosial dan terkucilkan oleh lingkungan kerja. Selain itu, mereka juga tidak ingin zona nyamannya ’terancam’ oleh kehadiran orang-orang progresif yang bergerak cepat.
Kondisi di atas diungkapkan Marianne Cooper, sosiolog di Clayman Institute for Gender Research, Stanford University, yang juga peneliti dalam penyusunan buku Sheryl Sandberg, Lean In: Women, Work, and the Will to Lead. Dikatakan, sukses dan disukai tidak terjadi bersamaan pada wanita. Sementara itu, survei sekolah bisnis Universitas Harvard (2017) mengungkap bahwa wanita berusaha mengerem ambisinya karena takut tidak disukai oleh lawan jenis. Padahal, menurut Elvi, semua kembali pada pemikiran kita.
Menjadi terlalu sensitif hanya karena tidak ingin dicap agresif karena ambisius, tidak membantu karier Anda. Lagi pula, kita tidak mungkin membuat semua orang senang atau setuju dengan apa yang kita lakukan. Bagaimanapun, tidak semua wanita takut menunjukkan ambisinya di dunia karier. Mereka ini biasanya berada di lingkungan yang memberikan keleluasaan untuk menjadi diri sendiri, untuk mengeluarkan dorongan ambisinya. Atau bisa juga ia berada pada lingkungan yang membatasi, namun sesuatu di dalam dirinya memberontak untuk mendobrak segala pembatasan ini.
Wanita-wanita yang sukses dan diterima dengan ambisinya, seperti Menteri Susi, Kanselir Jerman Angela Merkel, bisa menjadi acuan bagi wanita karier untuk tetap percaya diri, meski berada di lingkungan yang kurang mendukung. ”Pilihan ada di tangan Anda. Apakah Anda akan menyerah pada tekanan lingkungan sekitar yang membatasi, atau tetap berkaca pada model-model perempuan yang lebih menginspirasi,” ujar Elvi.
Apa pentingnya menjadi wanita ambisius ?Di era kebebasan berekspresi seperti sekarang, wanita malah didorong untuk lebih ambisius. Simak saja kampanye produk fashion Tory Burch, #Embrace Ambition, yang bertujuan untuk mendorong wanita berani mewujudkan cita-citanya, termasuk dalam pendidikan, karier, dan bisnis.
”Karena sesungguhnya dalam sifat ambisius ada banyak sifat baik, seperti percaya diri, pantang menyerah, berani memperjuangkan, dan lain-lain. Ambisi akan memberikan kita energi. Maka, tak heran jika kita melihat orang yang ambisius sepertinya tidak kenal capek dan tidak mudah mundur,” ujar Elvi. Ambisi sering kali terkait dengan impian yang diwujudkan dalam tujuan-tujuan yang lebih bersifat jangka panjang. Oleh karena itu, jika Anda memiliki ambisi tertentu, pastikan ambisi ini tidak berhenti di tengah jalan. Ambisi ini harus terus hidup sebagai bahan bakar yang menggerakkan Anda menuju target mimpi.
Ambisi juga menjadi energi saat Anda merasa seolah tak ada lagi jalan terbuka. Ada cara untuk menjaga agar ambisi Anda bisa menjadi suntikan energi yang berkelanjutan dalam mewujudkan pencapaian karier impian. Simak saran Elvi berikut ini.
Pastikan ambisi tersebut bersifat positifJangan terjebak dalam ambisi yang membawa energi negatif, misalnya, “Saya ingin dipromosikan supaya tidak ada yang menghina saya lagi.“ Bandingkan dengan ambisi yang lebih positif, misalnya, “Saya ingin dipromosikan agar dapat lebih ?eksibel dan leluasa menentukan cara kerja yang saya anggap paling baik.” Ambisi yang negatif akan memancing emosi negatif. Emosi ini yang justru akan menjegal Anda dalam perjalanan mewujudkan ambisi. Berbeda dengan ambisi positif yang juga memunculkan emosi-emosi positif.
Pastikan ambisi ini muncul dari dalam diri sendiri, dari mimpi yang ingin Anda raih.
Jangan melatari ambisi untuk tujuan-tujuan eksternal semata, misalnya untuk membuat orang lain terkesan, pamrih, atau agar disukai banyak orang. Terlebih, karena kita tidak dapat mengontrol reaksi orang lain. Pencapaian kita tidak akan selalu dipersepsi positif oleh orang lain, dan hal ini bisa dengan mudah menurunkan semangat. Lakukan sesuatu karena itu ditujukan untuk memuaskan sesuatu yang muncul dari dalam diri sendiri.
Bagi ambisi Anda dalam target-target kecil yang terukur dan mudah diraihTiap target yang tercapai menjadi suntikan energi yang akan membuat Anda terus bersemangat untuk maju. Dengan cara ini, makin hari Anda akan makin dekat pada mimpi besar Anda di dunia karier. Pada kenyataannya, tidak semua orang memiliki sifat ambisius. Tidak ada yang salah dengan hal ini. Kalau Anda tidak nyaman dalam menetapkan target-target yang spektakuler, apalagi harus gigih berkompetisi, tak perlu memaksakan diri untuk melakukannya. Orang-orang yang tidak ambisius juga memiliki banyak hal positif. Mudah diminta untuk mendukung orang lain tanpa mengharapkan imbalan, lebih mudah damai dan nyaman dengan situasi yang dihadapi, menyenangkan untuk diajak kerja sama, hanyalah sedikit yang bisa dijabarkan dari orang yang sering dianggap tidak ambisius.